Ragam Produk Unggulan di Mahakam Tengah, Kutai Kartanegara
Pada tahun 2021-2022 Yayasan BUMI bekerja di Mahakam Tengah dengan dukungan GIZ Propeat fokus pada pasca izin perhutanan sosial pada area gambut. Kegiatan yang dilakukan mulai dari identifikasi potensi desa, penentuan produk unggulan sampai dengan pembentukan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) serta penyusunan rencana bisnis skala kecil untuk keberlanjutan usaha pasca izin di 6 (enam) desa. Usaha yang mulai dikembangkan di masing – masing desa seperti budidaya madu kelulut, pengembangan potensi HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) dengan komoditas bambu (kerajinan tangan), budidaya ikan lokal (haruan, papuyu) sampai kepada produk turunan berupa albumen dan “rabok” dari ikan haruan, serta pengembangan usaha sarang walet untuk jangka panjang dan pemanfaatan kotoran walet menjadi pupuk organik.
Dari 6 (enam) desa, salah satunya Desa Muhuran selain budidaya kelulut desa ini juga dikenal dengan produknya yaitu beras organik. Setelah pembentukan KUPS Mutiara Tanjung, penyiapan lokasi kelompok mendapatkan bantuan 35 stup madu kelulut. Lokasi stup madu kelulut dibuat seperti taman dan dinamai oleh kelompok dengan nama “Taman Mutiara Tanjung” lokasinya sangat strategis, jika kalian berkunjung ke Desa Muhuran melalui ferry penyebrangan, persis sebelah kanan terdapat dekat lapangan sepak bola taman tersebut berada. Kedepan kelompok berupaya membangun konsep taman ini selain sebagai bagian dari usaha budidaya juga akan dikembangkan sebagai taman edukasi budidaya madu kelulut Desa Muhuran. Kenapa dinamai taman, selain hal di atas, seputaran area madu kelulut juga ditanami oleh anggota kelompok berbagai macam bunga. Seperti yang kita ketahui, budidaya kelulut sangat membutuhkan pakan dari sari bunga-bunga yang ditanaman disekitaran area budidaya. Kini, kelompok telah berhasil memanen ±3-4 Liter dengan beepollen yang melimpah lalu dikemas dalam kemasan dengan nama produk “Ranam Matu” yang artinya air madu. Produk ini dipasarkan dalam dua ukuran botol yakni 100 ml dengan harga Rp. 60.000,- dan 200 ml dengan harga Rp.160.000,- serta beepollen dengan isi 60 kapsul seharga Rp 75.000.
Lain halnya dengan desa tetangga dari Muhuran yakni desa Sebelimbingan. Desa ini dikenal dengan “Desa Walet”. Desa yang berada di ujung jembatan Martadipura ini menjual hasil walet langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Harga kisaran 1 gram sarang walet sudah kisaran 1 juta rupiah. Kepada desa dalam hal ini, Bapak Syauqani menegaskan bahwa beliau ingin desa ini memiliki produk khas (baca artikel sebelumnya: Enam Desa di Mahakam Tengah Memiliki Potensi Bisnis yang Menguntungkan). Melalui KUPS Berkah Walet yang sudah dibentuk, sarang walet coba diolah menjadi produk turunan berupa cimi-cimi dengan branding nama “Stik Sultan”. Makanan ringan berupa stik bawang ini memiliki kandungan sarang burung walet di dalamnya, ini yang membuatnya cemilan ini berbeda dari cemilan lainnya. Stik Sultan ini tersedia dalam kemasan pouch dengan berat bersih 100 gr, dijual seharga Rp 35.000/pcs dipasaran. Untuk mendapatkan produk ini bisa memesan langsung melalui kelompok usaha perhutanan sosial desa Sebelimbingan.
Untuk dua desa lainnya yakni Desa Teluk Muda dan Desa Tuana Tuha saat ini sedang fokus pada budidaya ikan haruan dengan metode yang berbeda (baca artikel sebelumnya: Enam Desa di Mahakam Tengah Memiliki Potensi Bisnis yang Menguntungkan. Desa ini memiliki produk unggulan berupa “Rabok Ruan” (baca: abon ikan) sebagai produk turunan dari budidaya ikan haruan yang diolah oleh para perempuan di kedua desa tersebut. Harga dari produk ini adalah Rp34.900 yang dikemas dalam botol kaca agar produk tetap awet dan tahan lama karena tidak menggunakan bahan pengawet.
Jika 4 (empat) desa sebelumnya fokus pada yang bisa di konsumsi, dua desa ini Desa Genting Tanah dan Desa Muara Siran akan fokus ke produk kerajinan tangan. Desa Genting Tanah dalam pengembangan usaha perhutanan sosial akan memanfaatkan potensi 12 (dua belas) jenis bambu yang ada di hutan desa, sedangkan Desa Muara Siran memanfaatkan gulma berupa eceng gondok dan purun hingga rotan. Pasca pelatihan KPUS Tanjung jayanata berhasil membuat kerajinan tangan dari bambu seperti besek, kotak tisu, tumblr bahkan terakhir KUPS berhasil membuat kursi dari bahan bambu. Sedangkan Desa Muara siran yang sebelumnya hanya memanfaatkan purun untuk membuat tikar, selingsing untuk serahung dalam kesempatan kali ini juga memanfaatkan eceng gondok menjadi kerajinan tangan berupa tas anyaman dari bahan baku eceng, dan juga pengembangan purun menjadi produk lainnya seperti sendal.
Produk-produk ini sudah pernah dipamerkan dalam Expose Pembangunan Hijau di Samarinda. Hasil produk dari teman-teman KUPS di Mahakam Tengah dapat dilihat di instagram @kups_mt dan beberapa video dokumentasi mengenai kegiatan di Mahakam Tengah dapat dilihat di instagram @bumibaru dan channel youtube Yayasan BUMI (sor/bumi).