Menggali Potensi Desa di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Paser
Pasca pelatihan keterampilan fasilitasi di Samarinda, peserta dari pendamping desa, penyuluh, lembaga swadaya masyarakat hingga staff Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terpilih untuk mengimplementasikan hasil belajarnya di 10 (sepuluh) desa/kelurahan/kampung uji coba di 2 (dua) kabupaten yaitu Kutai Kartanegara dan Paser: Muara Belinau, Kampung Baru, Genting Tanah, Tuana Tuha, Kutai Lama, Kelurahan Muara Kembang, Modang, Semuntai, Sandeley hingga Kampung Muluy (Swan Slutung). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut bagi fasilitator terpilih untuk kemudian memfasilitasi pertemuan desa yang bertujuan untuk menggali potensi desa berdasarkan karakteristik wilayah yang berbeda untuk dapat mendukung program penurunan emisi di Kalimantan Timur.
Perjalanan diawali di Kecamatan Tabang, yaitu Desa Muara Belinau, Hairudin (AMAN Kaltim) dan Amiyati (Pendamping Lokal Desa) menjadi fasilitator pembuka rangkaian kegiatan pertemuan desa. Desa Muara Belinau berada di daerah yang disebut dengan Sungai Lunuq bersama dengan 4 desa lain (Muara Tiq, Muara Salung, Muara Kebaq dan Muara Kebaq). Dengan tutupan lahan yang sebagian merupakan hutan menjadikan Desa Muara Belinau memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi. Desa Muara Belinau mempunyai penduduk mayoritas bersuku Punan Lisum yang bermata pencaharian bertani ladang, berburu dan meramu sehingga kehidupan sehari – hari masyarakat sangat bergantung pada hutan. Potensi yang dapat digali dari desa ini adalah jasa lingkungan seperti wisata alam, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), perkebunan, hasil hutan kayu, dan budaya adat setempat.
Desa selanjutnya adalah Desa Kampung Baru dengan Hartati (Pendamping Lokal Desa) dan Irawan Elfin (Penyuluh Kehutanan KPHP Das Belayan) sebagai fasilitator pertemuan desa. Desa Kampung Baru merupakan pemukiman awal suku Kenyah di Tabang, kelompok Kenyah Lepok Timai. Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah yang memiliki hutan lindung dan kawasan hutan produksi dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber penghidupannya. Potensi dari desa ini adalah perkebunan, padi sawah dan ladang serta HHBK.
Beralih ke Kecamatan Kembang Janggut, Desa Genting Tanah, merupakan desa dengan karakteristik ekosistem hutan rawa gambut. Desa ini merupakan salah satu desa gambut pertama yang ada di Kalimantan Timur yang mendapatkan persetujuan pengelolaan Hutan Desa. Danu (Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat PMD Kemendes) dan Irawan Elfin (Penyuluh Kehutanan KPHP Das Belayan) menjadi fasilitator dalam pertemuan rapat desa di desa ini. Potensi dari desa ini adalah dari hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan, selain itu juga sudah banyak kegiatan yang dilakukan mulai dari pengembangan usaha dengan komoditi bambu, penanaman bekerjasama dengan KPH, dan penelitian.
Berlanjut ke desa tetangga, yaitu Desa Tuana Tuha. Miswiyanto (DPMPD Kabupaten Kukar) dan Syamsuddin (Penyuluh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur) sebagai fasilitator pada pertemuan desa di desa ini. Dalam pertemuan, fasilitator menggali potensi apa yang dapat dikembangkan di Desa Tuana Tuha, hasilnya adalah beberapa potensi seperti HHBK dan perkebunan. Bagi Syamsuddin, ini adalah pengalaman pertamanya berkunjung ke Desa Tuana Tuha. “Saya sangat kagum dengan masyarakat disini, karena mereka memiliki semangat tinggi untuk bisa mengembangkan potensi desanya agar dapat mendukung program penurunan emisi. Ini menjadi pengalaman pertama saya ke Desa Tuana Tuha karena kesempatan yang diberikan oleh Yayasan BUMI.” kata Syamsuddin.
Setelah sebelumnya berkunjung ke desa yang memiliki ekosistem hutan dataran tinggi dan rawa gambut, tim fasilitator dan Yayasan BUMI juga mengunjungi desa yang memiliki ekosistem hutan mangrove, yaitu Desa Kutai Lama. Poppy (Pendamping Lokal Desa) dan Taufik (Yayasan Mangrove Lestari) menjadi fasilitator dalam pertemuan desa di desa ini. Desa Kutai Lama yang berada pada kawasan Delta Mahakam mempunyai potensi sumber daya alam yang tinggi terutama minyak dan gas bumi, batubara, perikanan, pertanian dan perkebunan, selain itu Desa Kutai Lama merupakan wilayah ibu kota Kerajaan Kutai Kartanegara. Fungsi lahan yang mendominasi di wilayah desa Kutai Lama adalah Hutan Mangrove dan Hutan Rawa yang menjadikan potensi unggulan yang ada adalah dari sektor perikanan (keramba, tambak dan hasil laut) selain itu dalam rangka perlindungan habitat bekantan, Desa Kutai Lama juga merencanakan pengembangan Ekowisata Bekantan.
Kelurahan Muara Kembang, menjadi satu-satunya kelurahan yang dikunjungi untuk kegiatan pertemuan desa dalam program EnABLE Phase I. Poppy (Pendamping Lokal Desa) dan Vita (Staff Kelurahan Muara Kembang) menjadi fasilitator dalam pertemuan desa di kelurahan ini. Kelurahan Muara Kembang mempunyai potensi sumberdaya alam yang tinggi khusunya di sektor perikanan. Cerita lain, Keluruhan Muara Kembang juga telah berhasil mengekspor lidi nipah ke beberapa negara di Asia.
Setelah beberapa desa di Kabupaten Kutai Kartanegara telah dikunjungi, selanjutnya adalah Kabupaten Paser. Desa pertama yang dikunjungi adalah Desa Modang. Mei Dita dan Aryanto (Pendamping Desa) menjadi fasilitator pada pertemuan desa. Beberapa potensi yang dapat dikembangkan di desa ini adalah jasa lingkungan dan pariwisata seperti wisata Gunung Dar dan Air Terjun Doyam Seriam, perkebunan, HHBK, hutan mangrove.
Tidak jauh dari Desa Modang, selanjutnya adalah Desa Sandeley. Desa ini mempunyai tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah dan eksosistem mangrove yang menjadikan sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, peladang, pekebun dan juga nelayan yang didominasi oleh etnis Paser. Anton Hidayat (Yayasan Bioma) dan Ermiyati (DPMPD Paser) sebagai fasilitator dalam pertemuan desa di desa ini.
Lanjut ke desa tetangga, yaitu Desa Semuntai. Iwan (Yayasan Bioma) dan Ita Kasmir (Pendamping Lokal Desa) sebagai fasilitator dalam pertemuan desa di desa ini. Beberapa potensi yang dapat dikembangkan di desa ini adalah wisata alam, perkebunan, peternakan dan perikanan, budidaya kelulut, lidi nipah, daun nipah, sabun sawit dan minyak sawit.
Selanjutnya adalah salah satu desa yang telah mendapatkan pengakuan Masyarakat Hukum Adat dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu Kampung Muluy di Kecamatan Muara Komam. Kampung ini terletak di pegunungan Gunung Lumut dengan topografi berbukit dengan ekosistem hutan hujan dataran rendah. Mayoritas mata pencaharian di kampung ini adalah berladang dan berkebun. Menjadi sebuah kebanggaan bagi Kampung Muluy bahwa Masyarakat Hukum Adat Muluy mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022 untuk kategori Penyelamat Lingkungan. Dwi (Yayasan PADI) dan Aryanto (Pendamping Desa) menjadi fasilitator dalam pertemuan di kampung ini. Masyarakat Kampung Muluy berharap kegiatan ini berlanjut untuk dapat mengembangkan potensi yang ada khususnya potensi di hutan adat untuk pengembangan pengelolaan perkebunan kopi, karet, padi dan wisata alam serta berharap ada bantuan terkait dengan peningkatan kapasitasuntuk patroli hutan oleh pemuda/i Kampung Muluy agar lebih maksimal dalam melestarikan dan menjaga hutan adat.
Sebagai penutup, pasca kegiatan ini dilaksanakan juga kegiatan evaluasi hasil dari pertemuan desa di desa uji coba. Secara garis besar, yang dapat dipelajari melalui pertemuan desa oleh fasilitator ini adalah perlu adanya tindak lanjut oleh pendamping desa setempat terhadap hasil pembahasan penggalian potensi desa agar harapan masyarakat dapat terpenuhi. Tentang teknis fasilitasi, metode komunikasi yang lebih mudah dan dapat dipahami menjadi hal penting dalam menggelar pertemuan desa untuk menyampaikan program, khususnya penurunan emisi. Oleh karena itu, sebagai bahan belajar, Yayasan BUMI membuat sebuah buku saku tentang Program Kampung Iklim-plus dalam konteks Program Penurunan Emisi di Kalimantan Timur. Harapannya, buku ini dapat menjadi bahan bacaan untuk pencarian informasi mengenai program penurunan emisi di Kalimantan Timur.
Sebuah testimoni dari para fasilitator dan masyarakat di 10 (sepuluh) desa uji coba program EnABLE Phase I dapat ditonton disini: Kukar dan Paser
Unduh booklet Program Kampung Iklim-plis: yang berkontribusi dalam Program Penurunan Emisi di Kalimantan Timur disini.